Apa kabar kamu?
Apakah dirimu baik-baik saja disana?
Adakah kau merindukanku?
Atau kau sudah melupakanku?
Entah mengapa hari ini semesta menyuruhku untuk menulis surat ini kepadamu, surat yang tidak pernah sampai kepadamu. Sudah sekian lama aku berusaha untuk menyembuhkan luka yang telah kamu goreskan dihatiku, tapi mengapa rasa kecewa itu masih ada? Setiap hari dalam sujudku, aku selalu meminta Tuhan untuk menyembuhkan luka ini dan apakah kamu tahu hasilnya? Tuhan membuatku lebih kuat dari sebelumnya. Tuhan Maha Adil.
Aku masih ingat bagaimana kita menghabiskan waktu bersama, bernyanyi hingga larut malam, menonton film romansa yang membuatku menangis sesegukkan, kamu mengajariku bermain gitar, dan masih banyak kenangan yang terrekam dengan baik di otakku. Apakah kamu tahu bahwa terkadang aku merindumu?
Seperti hari ini, aku merindumu.
Tapi aku tahu, bahwa kita tak mungkin bersama lagi. Dan kita, tak mungkin berbagi canda,tawa, dan tangis seperti dahulu. Sekarang, semua telah berbeda. Doakan aku untuk bisa melanjutkan hidupku, doakan aku mendapatkan pendamping yang lebih baik darimu, dan doakan aku agar cepat melupakanmu.
Begitu pula dengan diriku. Dalam tangis aku selalu berharap agar kamu menemukan sosok pengganti diriku, kamu menjadi seseorang yang lebih baik, kamu mendapatkan apa yang kamu mimpikan sejak dulu, dan aku bisa bertemu denganmu dikemudian hari dengan senyum yang mengembang di wajahmu dan wajahku karena kita berdua telah berhasil meraih mimpi kita masing-masing. Satu janjiku kepadamu saat itu bahwa aku akan terus bermain gitar. Melantunkan melodi-melodi indah yang terangkai dari setiap dawai. Aku berjanji, akan terus melakukan itu.
Jakarta, 22 November 2013
Yang telah kamu kecewakan.
No comments:
Post a Comment