Dear : Afriansyah
Selamat pagi, Ri ... Walau saat ini adalah malam hari, aku merasa selalu bersemangat ketika menulis untuk berbicara kepadamu tanpa suara dan hanya melalui kata.
Apa kabar? Disana adalah langit yang kau kagumi dengan matamu. Disini adalah langit yang ku gambarkan persis mengenai dirimu. Haha aku terlalu puitis, semoga kamu baik disana.
Gak kerasa ya kita udah 2 tahun sama sama dalam menjalin sebuah hubungan. Hubungan yang lebih dari sekedar teman ini kita jalani bersama jarak. Rasanya pertemuan kita dua tahun lalu ingin aku ulang kembali, Ri.
Kapan kamu kembali kesini? banyak hal yang ingin aku ceritakan sama kamu, Ri. Aku juga pengen liat kamu ketawa dan menasehatiku lagi dengan mata teduhmu secara langsung.
Sejujurnya, aku benci dunia maya, tapi dunia ini hanyalah satu-satunya jalan kita saling menyampaikan rindu ya?
Kamu tahu? Aku menyimpan puisi-puisimu selama ini, aku simpan di tempat khusus, yang terkadang aku buka lagi kalau memang aku lagi ingat sama kamu. Dan ini adalah salah satu hobi rahasiaku, Ri, yang sekarang aku bocorkan kepadamu
Oh iya kamu ingat dengan Puisi, "Senada Untuk Hawa" milikmu? Itu salah satu puisi yang menjadi favoriteku, Ri.
Yang ku lepaskan seluruh jiwa
Mengenai wajahmu yang sesekali menenangkan hati
Dan tentang segala asa yang kusimpan untuk pertemuan kita nanti
Ya, aku selalu berharap akan pertemuan kita, Ri. Aku juga pernah membaca sebuah Puisi Karya Putra Zaman berjudul "Diantara Dua Jam Matahari" ada bait yang ku suka
Fajarku adalah pagimu
Dan senjaku adalah malammu
Saat matahari menyelipkan sayap pertamanya melalui celah-celah jendela kamarku.
Kamu sudah bermandikan hangat sinarnya
Saat matahari memulai perjalanannya ke barat kaki langit cakrawalaku
Kamu sudah terlelap dan terbuai dalam mimpi indahmu
Tak begitu kejam memang ...
Menurutmu bagaimana, Ri? Bagus bukan? Aku pikir kamu akan setuju dengan pendapatku. Hehe.
Ri, ingat saat kamu bilang bahwa jarak adalah masalah kecil yang tidak perlu kita permasalahkan? Apakah itu benar? Ri hubungan butuh pertemuan, bertatapan langsung dengan raga kamu, Ri.
Kamu tahu, ini adalah surat ke 54 yang ku tulis, Ri, dan aku kirim ke alamat emailmu tanpa kau balas satu pun. Kamu kemana Ri? Bagaimana keadaan dan kabarmu disana? Aku butuh pertemuan Ri. Kamu pikir enak hanya menatap kamu melalui bayangan dan sebuah foto saja? Kamu pikir dong Ri, mau sampai kapan aku seperti ini menunggu kamu? Kapan kamu kembali Ri?
Ri, aku benci dengan kesadaranku ketika aku merindukanmu. Ketika dua jam matahari bukanlah dua jam untuk kita Ri! Ketika ada hal yang menyadarkan ingatanku bahwa aku ga pernah lagi bisa ketemu kamu Ri, aku yang gak akan lagi bisa liat senyum kamu, Ri, nyentuh tangan kamu dan hal-hal kecil yang kita lakuin Ri.
Aku memang mencintai pertemuan Ri, tapi saat ini aku gak masalah jika kita harus berhubungan dalam jarak Ri, aku gak akan lagi protes minta kamu pulang, aku gak akan lagi marah-marah biar kamu cepet datang dan main lagi sama aku, aku gak akan lagi egosi Ri, tapi aku mohon kamu bangun, kamu bangun sekarang, kasih aku kesempatan buat perbaiki semuanya, kasih aku waktu lagi. Ri.
Tolonglah Ri, balas emailku Ri, aku janji aku tidak memaksa kamu lagi untuk memenuhi ego aku Ri. Aku mohooooonnnnnnnnn kembali..........
Ri, kamu ga boleh tidur lama-lama ya, aku tunggu kamu sampai kamu bangun dan membalas emailku lagi dengan puisi kaya dulu, kaya biasanya Ri
Selamat pagi, Ri ... Walau saat ini adalah malam hari, aku merasa selalu bersemangat ketika menulis untuk berbicara kepadamu tanpa suara dan hanya melalui kata.
Apa kabar? Disana adalah langit yang kau kagumi dengan matamu. Disini adalah langit yang ku gambarkan persis mengenai dirimu. Haha aku terlalu puitis, semoga kamu baik disana.
Gak kerasa ya kita udah 2 tahun sama sama dalam menjalin sebuah hubungan. Hubungan yang lebih dari sekedar teman ini kita jalani bersama jarak. Rasanya pertemuan kita dua tahun lalu ingin aku ulang kembali, Ri.
Kapan kamu kembali kesini? banyak hal yang ingin aku ceritakan sama kamu, Ri. Aku juga pengen liat kamu ketawa dan menasehatiku lagi dengan mata teduhmu secara langsung.
Sejujurnya, aku benci dunia maya, tapi dunia ini hanyalah satu-satunya jalan kita saling menyampaikan rindu ya?
Kamu tahu? Aku menyimpan puisi-puisimu selama ini, aku simpan di tempat khusus, yang terkadang aku buka lagi kalau memang aku lagi ingat sama kamu. Dan ini adalah salah satu hobi rahasiaku, Ri, yang sekarang aku bocorkan kepadamu
Oh iya kamu ingat dengan Puisi, "Senada Untuk Hawa" milikmu? Itu salah satu puisi yang menjadi favoriteku, Ri.
Yang ku lepaskan seluruh jiwa
Mengenai wajahmu yang sesekali menenangkan hati
Dan tentang segala asa yang kusimpan untuk pertemuan kita nanti
Ya, aku selalu berharap akan pertemuan kita, Ri. Aku juga pernah membaca sebuah Puisi Karya Putra Zaman berjudul "Diantara Dua Jam Matahari" ada bait yang ku suka
Fajarku adalah pagimu
Dan senjaku adalah malammu
Saat matahari menyelipkan sayap pertamanya melalui celah-celah jendela kamarku.
Kamu sudah bermandikan hangat sinarnya
Saat matahari memulai perjalanannya ke barat kaki langit cakrawalaku
Kamu sudah terlelap dan terbuai dalam mimpi indahmu
Tak begitu kejam memang ...
Menurutmu bagaimana, Ri? Bagus bukan? Aku pikir kamu akan setuju dengan pendapatku. Hehe.
Ri, ingat saat kamu bilang bahwa jarak adalah masalah kecil yang tidak perlu kita permasalahkan? Apakah itu benar? Ri hubungan butuh pertemuan, bertatapan langsung dengan raga kamu, Ri.
Kamu tahu, ini adalah surat ke 54 yang ku tulis, Ri, dan aku kirim ke alamat emailmu tanpa kau balas satu pun. Kamu kemana Ri? Bagaimana keadaan dan kabarmu disana? Aku butuh pertemuan Ri. Kamu pikir enak hanya menatap kamu melalui bayangan dan sebuah foto saja? Kamu pikir dong Ri, mau sampai kapan aku seperti ini menunggu kamu? Kapan kamu kembali Ri?
Ri, aku benci dengan kesadaranku ketika aku merindukanmu. Ketika dua jam matahari bukanlah dua jam untuk kita Ri! Ketika ada hal yang menyadarkan ingatanku bahwa aku ga pernah lagi bisa ketemu kamu Ri, aku yang gak akan lagi bisa liat senyum kamu, Ri, nyentuh tangan kamu dan hal-hal kecil yang kita lakuin Ri.
Aku memang mencintai pertemuan Ri, tapi saat ini aku gak masalah jika kita harus berhubungan dalam jarak Ri, aku gak akan lagi protes minta kamu pulang, aku gak akan lagi marah-marah biar kamu cepet datang dan main lagi sama aku, aku gak akan lagi egosi Ri, tapi aku mohon kamu bangun, kamu bangun sekarang, kasih aku kesempatan buat perbaiki semuanya, kasih aku waktu lagi. Ri.
Tolonglah Ri, balas emailku Ri, aku janji aku tidak memaksa kamu lagi untuk memenuhi ego aku Ri. Aku mohooooonnnnnnnnn kembali..........
Ri, kamu ga boleh tidur lama-lama ya, aku tunggu kamu sampai kamu bangun dan membalas emailku lagi dengan puisi kaya dulu, kaya biasanya Ri
No comments:
Post a Comment