Thursday, November 14, 2013

Perayaan Patah Hati di November

November bagiku bukan hanya tentang hujan-hujan yang setia membasahi jalanan atau kakiku yang terkena cipratan, Atau november juga bukan saja tentang bulan ke sebelas yang menandakan tahun akan berakhir.
Awal november memberikanku satu pertanyaan tentang hal apa yang inginku ulang sekali lagi.
Aku malas menjawab! Aku menolak mengingat hal-hal apa yang ingin aku ulang.
Saat ini aku sedang berjalan di stasiun manggarai, tepat satu tahun yang lalu kita bertemu disini. Apa kau masih mengingatnya dengan jelas, Tuan?
Aku melihatnya. Ternyata masih ada kenangan yang masih menggantung di persimpangan jalan setelah stasiun, aku tidak berani mendekatinya. Aku ingin berbalik arah, tapi hal yang disebut kenangan itu memaksaku untuk menghampirinya.
Bodohlah, aku ini!
Lalu akhirnya aku sudah masuk ke dalam ruangan ini, ruangan yang entah mempunyai hal apa yang membuatku nyaman sejak pertama kali ku datang. Sebentar, apa itu tandanya aku nyaman berada dalam kenangan?
Biarkan saja aku menyimpan pertanyaan ini untuk diriku sendiri. Kau tak perlu menjawabnya.
Kau harus melihat ini, Tuan. Di sini aku melihat segala hal yang telah kita lewati bersama. Ruangan ini sesak, dinding-dindingnya seperti mesin waktu. Pertemuan pertama kita, ucapan rindu yang malu-malu kita ucapkan dan juga yang terakhir adalah ucapan selamat tanpa perpisahan setahun lalu. Kenapa di sini semuanya begitu jelas. Perjalanan tentang kita selama dua tahun. Sebentar, apakah ‘kita’ sampai sekarang masih pantas diucapkan? Ah!
Di pojok ruangan, ada sesuatu yang menggodaku. aku menghampirinya dengen penasaran. Sebuah kotak dengan gambar senja yang muram. Aku membuka kotak itu pelan-pelan. Aku menyesal membukanya, karna isinya adalah rekaman dan surat-surat yang bertebaran yang dulu pernah kita saling kirimkan. Aku tertawa miris, ternyata aku pernah mengirimkan isi surat yang sangat konyol.
Dadaku mulai sesak lagi, Tuan. Aku tidak sanggup berada di tempat ini lagi. Mungkin suatu hari kau akan berada di sini. Entah sebagai tamu yang singgah sebentar atau menetap lama.
Aku keluar, sekarang aku sudah berada di peron dua stasiun. Aneh, dulu kita pertama kali bertemu di sini, dan saat ini aku sendiri di sini. Tak apa, perjalananku sudah selesai. Kalau suatu saat kau menemukan ruangan bernama kenangan tadi, cobalah menikmatinya. Karna itu mungkin satu-satunya cara untuk mengingat bahwa ada satu kisah yang pernah ada. Semoga.
Aku berjalan keluar dari stasiun, di depanku kulihat seorang anak perempuan berlari ke arahku. Saat ia tiba di depanku, ia tersenyum. Lalu menyerahkan selembar kertas cantik bewarna biru. Sebelum aku mengucapkan terimakasih, ia telah berbalik pergi.
Aku memegang kertas itu ragu-ragu, tapi aku penasaran. Aku membuka kertas itu dan membuka perlahan dan membaca satu persatu kelimat di kertas itu. Ada namamu disana.
Hatiku berkata; “selamat. Mari adakan perayaan pernikahan dan ujung dari pengharapan.”
Aku selesai. Selesai di ujung pengharapan mengulang semuanya.
“Bagaimana kabarmu, Tuan?.” Berbahagialah.

@fiitriaaa_

No comments:

Post a Comment