“Amane-san? Kau tidak apa – apa?”
Aku menggeleng lemah, maaf aku harus berbohong.
Aku rasakan tubuhku mulai mengigil karena kedinginan. Tidak, ini tidak boleh
terjadi sebelum pemuda itu datang. Kucoba rekatkan baju hangatku lebih rapat
lagi, mungkin ini akan membuatku lebih hangat lagi.
“Amane-san, sudah 3 jam kau menunggu disini.
Pemuda itu tidak akan datang, sudahlah. Minum Teh ini dulu.” Takeshi memberikan segelas teh hangat yang
mungkin dibelinya di kedai minuman diujung jalan sana.
“Terimakasih, tapi aku yakin dia pasti datang.”
Aku meneguk teh itu dan berusaha mengernyahkan pikiran bahwa pemuda itu tak datang.
Maaf kan
aku Amane-san...
Aku
terluka, hatiku juga jiwaku. Tapi aku tidak bisa membiarkan kedua orangtuaku
merasa kecewa. Jadi, aku putuskan untuk kembali ke Indonesia dan menikah dengan
seseorang yang elah dijodohkan mereka kepadaku. Biarkan salju membawa kenangan
kita berdua dibawah pohon fuyuzakura. Terimakasih untuk segalanya.
Seseorang
yang selalu mencintaimu,
Doni.
No comments:
Post a Comment