Wednesday, January 29, 2014

[Penggunaan Ejaan]

Klub Buku Bekasi dan Klub Buku Indonesia bekerjasama atas terbentuknya beberapa artikel yang ada di sini. Dari diskusi grup whatsapp yang salah satu admin ikuti di Klub Buku Indonesia, terangkumlah diskusi ini, yuk simak! 


Pengetahuan tentang penggunaan ejaan sebenarnya bukan hanya milikmahasiswa bahasa ataupun editor. Pembaca apalagi penulis sebaiknya jugatahu. Nah, di grup ini saya rasa sebagian besar suka menulis. Ada yangbilang, "Jangan sampai karyamu 'disentuh' oleh editor."Jadi, editlah tulisanmu sebaik mungkin.Nah! Typo, salah eja, salah kaprah, dll. kadang mengganggu pembaca. Adabeberapa hal yang perlu kita sebagai penulis dan pembaca buku perluperhatikan. Apa sajakah itu? Berikut;

1. Kata Penghubung (Konjungsi)

Ternyata banyak kesalahan penggunaan kata penghubung, baik itu
penggunaan pada awal kalimat maupun penggunaan tanda koma pada kata
penghubung.

A. Kata penghubung yang didahului tanda koma

(1) ..., namun ...
(2) ..., padahal ...
(3) ..., kecuali ...
(4) ..., sedangkan ...
(5) ..., seperti ...
(6) ..., tetapi ...
(7) ..., yaitu ...
(8) ..., yakni ...

*catatan : kata 'yakni', 'yaitu', dan 'seperti' menggunakan tanda koma
sebelumnya apabila merinci sesuatu dengan rincian lebih dari dua.

Misalnya: Peralatan yang digunakan, seperti paku, palu, dan tang.

B. Kata penghubung yang tidak didahului tanda koma

(1) ... bahwa ...
(2) ... maka ...
(3) ... agar ...
(4) ... karena ...
(5) ... sehingga ...
(6) ... sebab ...
(7) ... jika ...

  • Jika, kalau, dan seandainya punya fungsi yang beda.
Kalau untuk menyatakan pengandaian, silakan pakai 'seandainya'

  • Saya akan datang ke pesta itu jika kamu mau menjadi pasanganku.
Jadi bedanya 'jika' dan 'kalau'?

  • 'Jika' dan 'kalau' masuk dalam hubungan syarat. Kalau 'seandainya' masuk
dalam hubungan pengandaian.

2. Bentuk Idiomatis

Bentuk idiomatis adalah kata-kata yang harus diikuti dengan kata
penghubung tertentu. Kata penghubung tersebut tidak boleh dihilangkan
penggunaannya.

Misalnya:

(1) sesuai dengan ...
(2) bergantung pada ...
(3) terdiri atas ...
(4) sehubungan dengan ...
(5) berkaitan dengan ...

3. Bentuk Korelatif

Bentuk korelatif yaitu penggunaan suatu kata penghubung antara dua kata,
dua frasa, atau dua kalimat.

Misalnya:

(1) ... antara ... dan ...
(2) ... bukan ..., melainkan ...
(3) ... tidak ..., tetapi ...
(4) ... terdiri dari ... ; ... terdiri atas ...
(5) ... baik ... maupun ...

4. Bentuk Bersaing

Bentuk bersaing adalah bentuk-bentuk yang tampak mirip dalam makna,
tetapi sesungguhnya pemggunaannya berbeda.

Misalnya:

(a) adalah x ialah
Kata 'adalah' digunakan untuk menjelaskan suatu subjek. Kata 'ialah'
digunakan untuk mendefinisikan suatu subjek.
Ada yang bisa memberikan contoh keduanya?

(b) nyaris x hampir
Kata 'hampir' digunakan pada kalimat yang bernada netral. Kata 'nyaris'
digunakan pada kalimat yang bernada negatif atau kejadian yang tak
diinginkan.

(c) tiap-tiap x masing-masing
Kata 'tiap-tiap' dapat digunakan pada awal kalimat mengikuti kata benda.
Kata 'masing-masing' tidak dapat digunakan pada awal kalimat mengikuti
kata benda.

(d) di dan pada
Kata depan 'di' digunakan untuk menyatakan keterangan tempat. Kata
depan 'pada' digunakan untuk menyatakan keterangan waktu.

5. Penggunaan Partikel 'Pun'

Partikel 'pun' dipisahkan dari kata yang mendahuluinya, kecuali untuk kata
berikut:

(a) adapun
(b) walaupun
(c) andaipun
(d) biarpun
(e) ataupun
(f) maupun
(g) bagaimanapun
(h) kalaupun
(i) sekalipun
(j) meskipun
(k) kendatipun

6. Salah Makna dan Kata-Kata Mubazir

>> Banyak orang kerap keliru memaknai kata tertentu karena menyangka
makna sesungguhnya sebagaimana dimaksud.
Beberapa kata yang sering keliru dimaknai, antara lain:

(a) acuh
(b) bergeming
(c) seronok
(d) absen
(e) nyinyir
(f) Banjir Kanal Timur

>> Beberapa penggunaan kata mubazir, antara lain:

(a) ... adalah merupakan ...
(b) ... seperti misalnya ...
(c) Banyak petani-petani ...
(d) Berencana akan ...
(e) Bersama dengan ...
(f) Bertujuan untuk ...
(g) Diperkirakan sekitar ...
(h) Diperuntukkan bagi ...
(i) Disebabkan karena ...
(j) saling serang-menyerang ...
(k) sangat ... sekali ...
(l) Sejak dahulu kala ...

Acuh : peduli
Bergeming : diam, tak bergerak
Seronok : menyenangkan
Absen : tidak hadir
Nyinyir : mengulang perintah/permintaan, cerewet
Banjir Kanal Timur : Kanal Banjir Timur
Galon : satuan ukuran barang cair)
Jadi kalau ada yang bilang "dia tak bergeming" untuk mengatakan "dia tak
bergerak" itu keliru!

yuk gabung grup whatsapp kita, #SahabatKlubBuku Bekasi, cp: 089607091264 :)

Tuesday, January 28, 2014

(LIPUT) Klub Buku Bekasi Menebar Virus Asyiknya Membaca

“… dan untuk menumbuhkan minat membaca pada anak-anak adalah dengan menjadikan kegiatan membaca sebagai salah satu kebutuhan hidup dan berkelanjutan, karena dengan membaca banyak manfaatnya bagi anak-anak.” - Maya Angelou



Minggu siang itu (19/1) sekelompok pemuda-pemudi yang tergabung ke dalam sebuah komunitas bernama Klub Buku Bekasi (@KlubBuku_Bekasi) mengunjungi yayasan anak yatim-piatu dan dhuafa di daerah Bekasi Utara. Meskipun cuaca hari itu agak mendung dan gerimis, semangat mereka untuk menyebarkan virus membaca lewat kegiatan sosial patut dihargai.
 
Sesampainya di yayasan, para pejuang baca yang berjumlah sekitar sepuluh orang itu disambut dengan hangat oleh para pemilik yayasan. Sejumlah anak-anak usia SD dan SMP pun telah menunggu dengan antusias kedatangan mereka.


Acara bertajuk “Asyiknya Membaca” itu memang sengaja dibuat untuk merayakan hari jadi komunitas yang berdiri dua tahun silam tersebut. Selain itu, acara awal tahunan itu juga menjadi salah satu agenda sosial yang mudah-mudahan rutin dilakukan Klub Buku Bekasi untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak. Harapannya, lewat membaca buku-buku bermanfaat, wawasan anak-anak akan terbuka lebar dan kelak akan dibutuhkan oleh mereka saat dewasa nanti.

Selama dua jam acara itu diisi dengan beberapa games menarik yang melibatkan anak-anak. Antara lain, pembacaan dongeng, tantangan membaca puisi, dan permainan “Cari Kata Karun”.
“Diharapkan lewat permainan-permainan ini, mereka akan tertarik dengan dunia bacaan,” cetus salah satu pejuang baca yang hadir di acara itu.


Pada games “Cari Kata Karun”, dua puluh anak yang hadir diharuskan membuat kelompok dengan setiap kelompok masing-masing berjumlah empat orang. Penentuan kelompok sendiri dilakukan lewat undian yang telah disiapkan oleh panitia. Setiap anak harus mengambil satu kertas bertuliskan nama hewan. Kemudian, sambil memeragakan nama hewan yang telah dipegang di tangan masing-masing dan tanpa meyebutkan nama hewan, mereka mulai mencari teman kelompok dengan nama hewan yang sama. Pada momen ini, keseruan dan gelegak tawa mengisi ruangan kelas dimana acara berlangsung.

“Anak-anaknya lucu. Agak bingung ngeliat mereka lari-larian, tapi seru. Ketawa terus.” Ucap salah seorang panitia.

Setelah semua kelompok terkumpul, kemudian masing-masing kelompok diberikan satu kalimat bertemakan “Asyiknya Membaca”. Dengan penuh semangat mereka pun menghafal kalimat yang diberikan. Dan saat tantangan dimulai, tiap-tiap kelompok pun mulai berlarian kesana-kemari, mencari kakak-kakak pejuang baca yang telah memegang penggalan kata yang harus mereka kumpulkan untuk menjadi satu kalimat utuh. Namun untuk mendapatkan pecahan kata dari para kakak tidaklah mudah. Sebab untuk mendapatkannya, masing-masing kakak pejuang baca memiliki tantangan berbeda-beda untuk diberikan kepada anak-anak yang sedang mencari kata karun.

“Ada yang disuruh nyanyi. Ada yang disuruh baca doa untuk orang tua. Haha. Macam-macam. Seru!”

Kegiatan Klub Buku Bekasi di yayasan yatim piatu pun ditutup dengan wajah ceria anak-anak yang masing-masing mendapatkan bingkisan berupa alat tulis. Semoga, dengan terselenggara acara seperti ini, mereka kian tertarik untuk terus membaca.



Sementara itu di sisi lain, tentu saja masih banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh berbagai pihak. Minimnya sarana bacaan di lingkungan masyarakat merupakan salah satu factor yang membuat minat baca masyarakat rendah. Semoga kedepan,  akan bermunculan banyak taman bacaan di tengah-tengah masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh semua lapisan, khususnya anak-anak. (Ijul/ @juliardi_ahmad)

@klubbuku_bekasi

Friday, January 24, 2014

#JemputBuku


Halo, guys! Mimin mau share program baru Klub Buku Bekasi nih. Namanya

adalah kegiatan sosial berupa pengumpulan donasi buku layak baca; Buku pelajaran, pengetahuan, novel, dsb. Donasi buku tersebut nantinya akan diteruskan ke taman bacaan yang membutuhkan di wilayah Bekasi. Para relawan bersedia yg akan kalian donasikan. Bisa meet-up/ lgsg jemput k tempat kalian. Atau boleh dkirim ke alamat kami. Sila donasikan buku-buku yang sudah tidak terpakai ke Klub Buku Bekasi. Cp: : 0896 6427 1468/ : 085752801034
Bisa mention @klubbuku_bekasi untuk info lengkapnya! YUK!

Saturday, January 18, 2014

Klub Buku Indonesia Peduli

KLUB BUKU INDONESIA



Peduli Sinabung dan Manado. Bencana kembali melanda Indonesia di awal 2014 ini, termasuk letusan gunung Sinabung dan banjir bandang di Manado. Beberapa korban meninggal, bahkan masih ada yang dinyatakan hilang. Mereka yang bertahan, kehilangan keluarga, teman, tempat tinggal, dan harta benda lainnya. Klub Buku Indonesia membuka dompet donasi bantuan bagi saudara-saudara kita yang tertimpa bencana akibat letusan gunung Sinabung dan banjir bandang di Manado. Donasi dapat disalurkan ke rekening:
BCA 0384561574 a.n Febiana Amika BRI 720201002084504 a.n Febiana Amika Kepedulian dan uluran tangan kita yang mampu merangkul dan menjadi penyemangat bagi mereka. Karena kepedulian kita adalah. jawaban doa saudara kita yang tertimpa bencana. Info dan Konfirmasi SMS/WA: Nia 0818654520 Tiwi 081319506318
Konfirmasi pengiriman dana:

NAMA (spasi) NOMINAL (spasi) BANK
Twitter: @KlubBuku @niafajriyani @prtiwiyuliana #KBIPeduli

[Aksi Sosial-Kopdar] #AsyikBaca

Halo! Ada info acara seru nih guys. Terkait #aksisosial yang mau diadakan Klub Buku Bekasi minggu ini. Apa itu~

1. Acara sosial minggu ini bertemakan #AsyiknyaBaca. Kita akan berkunjung & menebarkan virus baca ke anak-anak di sana.
2. #AsyikBaca akan diadakan di satu yayasan yatim-piatu di Bekasi. Kita akan seru2an dg mereka~
3. Yg mau ikut acara sosial #AsyikBaca, catat waktunya; Minggu, 19 Jan '14 Jam 13.00~
4. Nah, yg mau ikut #AsyikBaca, pas hari-H kumpul dulu di alun-alun Bekasi (dekat stasiun) sebelum berangkat ke yayasan~
5. Nah, biar kompak dan mdh dikenali, kita pakai dresscode warna Merah yuk. Tp klo ga pake jg gapapa~ #AsyikBaca
6. Lalu, bagi yg mau berbagi buku pas acara jg dipersilakan. Misal, buku cerita utk anak-anak~
7. Yuks! Kita seru2an sambil menebar virus membaca lewat #AsyikBaca. Info lengkap bisa melalui mention @Klubbuku_bekasi :)

Tuesday, January 14, 2014

Klub Buku Bekasi on Kampus Fiksi Roadshow Bogor

Tarraa, akhirnya hari pelaksanaan Kampus Fiksi dari Pak @Edi_akhiles dan Diva press terlaksana juga. Yey! Terima kasih sekali @Klubbuku_BGR dan para orang hebat di dalamnya. 
    Aku, dan teman-teman KlubBukuBekasi sudah lama merencanakan pergi bersama. Dari obrol-obrolan di grup whatsapp akhirnya di ketahui delapan orang yang sanggup mengikuti. Diantaranya; Bang Fardhi, Bang Olih, Bang Juliardi, Kak Pitli, Kak Feti, kak Mutiara Avan, dan Kak Dewi. Dan kita bersepakat bertemu di stasiun bekasi di pukul sembilan pagi. Awal dateng, masih belum tampak batang hidung mereka-mereka. Akhirnya Kak Pitli datang, setelah dapat tiket aku dan Kak Pitli menunggu di dalam. Gak beberapa lama Kak Ijul yang harusnya sudah datang terpaksa menukarkan tiketnya kembali, huahha…Dia salah tujuan. Di susul Avan dan Kak Dewi, ada Bang Fardhi dan Rani, adiknya, setelahnya menunggu satu teman kak Pitli; Kak Aida.
Image
oowwow ini adalah peanampakan @Fardhirama
Setelah sampai stasiun Manggarai, kita berdelapan turun. Di sana kita akan menunggu Kak Mutiara, Bang Olih, dan Kak Feti. Nah dari Manggarai kita akan berjalan menuju Bogor bersama, yihahaaa.
     Dan tepat pulul setengah dua belas kita menginjakkan kaki di Bogor, stasiun Bogor.(dokumentasi gak ada nih sayangnya waktu di bagian ini) Kita memutuskan untuk menyewa satu angkot untuk bersebelas, biar gampang sih, jadi gak pisah rombongan. 
Image

at Mall Ekalokasari
Image
Dari kanan;
Feti, Fardhi, Jul, Zahra, Aida, Rani, Olih Dewi, Avan, Mutiara, Wira
Image
Persiapan untuk materi
Image
Panggung acara beserta mc
Image

Pembukaan oleh ketua panitia oleh @hQZou
Image
Pak Edi,” Dua dimensi dalam tulisan: (1) gagasan, (2) cara menuangkan gagasan.” #KampusFiksiRoadshow
Image
peserta Kampus Fiksi Roadshow
Image
Manis sekali, ya.
Image
ini niat nunjukkin fotonya sik~
Image
Image
Image

Terima kasih banyak, Pak Edi, dan pendukung acara Kampus Fiksi Roadshow ini. Semoga semakin bersemangat memperbaiki karya, hihi.
@aksaraberkisah
Aksaraberkisah.wordpress.com

[Tanda Baca]

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. ...

b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan waktu.

Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.

Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.

Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. WeltervredenWeltervreden: Balai
Poestaka.

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.

Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan

9. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:
Jalan Diponegoro82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

B. TandaKoma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.

Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.

Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.

7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dari kalimat.

Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei 1960
(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.

Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.

11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.

Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50

13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.

Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi

2. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.

Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
Penebar Swadaya.

3. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.

Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”

4. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.

Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang tidak
mematuhi peraturan tersebut.
Industri tersebut dapat dikembangkan menjadi
industri padat karya.

2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondarmandir,
sayur-mayur

3. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya
atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
angka, angka dengan kata/huruf.

Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,
S-1, tahun 50-an

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

F. Tanda Pisah

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung

G. Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.

Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.

Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.

Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari......

H. Tanda Tanya

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan kebenarannya.

Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)

1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.

Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!

2. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
rasa emosi yang kuat.

Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!

J. Tanda Kurung ((...))

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
Kerja) dalam sidang pleno tersebut.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.

Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan perekonomian
Indonesia lima tahun terakhir.

3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.

Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.

4. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.

Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.

K. Tanda Kurung Siku ([...])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.

L. Tanda Petik (“...”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainnya.

Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.

Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja
dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

M. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.

Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.

Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)

Friday, January 3, 2014

[SERBA_SERBI] Tulis-Menulis

Semua orang punya hak jadi penulis. “Menulis itu gampang,” kata Arswendo Atmowiloto. Ya, benar! Menulis nggak ada kaitannya dengan soal genetika alias keturunan.
    
     Menjadi penulis adalah pilihan luar biasa: cerdas, kreatif, interpretatif, dinamis, dan mampu mempengaruhi opini dan bahkan prinsip hidup pembacanya. Karena luar biasa, tentu tidak begitu banyak orang yang bisa begitu. Bedanya yang luar biasa dengan biasa tentu saja, salah satunya, adalah kesedikitannya itu. Ini sama pula dengan semua pilihan “menjadi” lain-lainnya yang sedikit itu tadi. Dapat uang dari menulis, enak kan? Apalagi kalau buku yang kita tulis di film kan? Tentu royalty yang di dapat akan lebih besar, toh? Kalau buku kita di jual 50.000 per satuannya, dan dapat 10% dari harga buku. kita dapat 5000 perbuku, kalau terjual 1.000 eksemlar dalam dua bulan? Wah coba kalikan tuh berapa keuntungannya. Menjadi penulis bisa di jadikan sebuah profesi menjanjikan. Jika di tekuni dan teliti.

Tuhan menciptakan dua mata, dua telinga, dan satu mulut. Apa maknanya? Tak lain dan tak bukan agar kita lebih banyak mendengar dan melihat daripada berbicara. Dari proses banyak mendengar dan melihat itulah, kita akan dapat menyerap banyak ilmu pengetahuan untuk dijadikan sumber tulisan. Maka, jadilah pendengar yang baik, juga pembicara yang baik. Salin apa saja yang didengar dan dibicarakan itu dalam buku catatan. Kembangkan, dan perindah dengan bahasa yang santun. Orang akan tergugah membacanya. 

    Menulis juga ladang bisnis dan ladang dakwah yang tidak pernah habis-habisnya. Tulislah karya-karya yang bernilai jual dan bernilai dakwah (ibadah), maka ia akan laris manis seperti kerupuk. Menjadi penulis sukses, dunia pun akan berada dalam genggaman Anda. Caranya, ikuti perkembangan zaman. Tulis ide-ide aktual yang dibutuhkan banyak orang. Ikuti teknologi terbaru. Gaptek boleh, tapi tidak selamanya. Selalu ada kesempatan untuk orang-orang yang mau belajar. Usaha keras tak akan menghianati, kok.

 Sebagus apa pun ide, kalau hanya sebatas pemikiran (tanpa dituangkan ke ranah tulisan) ia hanya menjadi ide beku untuk dirinya. Tapi ketika pemikiran (gagasan) itu dituliskan, dibaca orang lain, maka manfaat tulisan itu akan menampakkan hasilnya. Memulai itu sungguh tidak mudah, tapi dengan mempraktekkannya berarti kita telah membuktikan bahwa MENULIS itu GAMPANG.

   Tapi, kita juga harus ingat; IF YOU DON'T READ, YOU DON'T WRITE. Begitu kira2 kata Peter Bolsius. Menulis itu lebih dari upaya merangkai fakta, menulis adalah ikhtiar menemukan dan mengikat makna. Dan lebih dari membagi gagasan, menulis adalah menuangkan penghayatan. Makanya, aktivitas menulis erat kaitannya dengan aktivitas membaca. Jika bacaan kita bagus, maka tulisan kita juga akan berisi. Jadi kesimpulannya tradisi menulis semestinya lahir dari tradisi membaca.

Teori itu penting. Tetapi praktik jauh lebih penting. Seorang calon penulis membutuhkan banyak teori-teori kepenulisan, dan di zaman sekarang itu sangat mudah didapat, terutama lewat internet. Mesin pencari Google memudahkan bagi siapa saja untuk menemukan apa yang ia inginkan, termasuk teori-teori kepenulisan. Jadi tidak ada alasan sulit mencari sumber teori. Walau demikian, sebanyak apa pun teori yang dibaca tetapi tidak juga menulis, sama saja bohong. Dengan segera menulis, apapun jenis tulisan itu, membuktikan calon penulis serius mewujudkan mimpinya jadi penulis. Tanpa bakat orang bisa menjadi penulis hebat. Sementara tanpa kegigihan, seorang penulis berbakat tak berarti apa-apa. Jadi, just write! 

    Disiplin. Itu kunci utama menjadi penulis sukses. Sesibuk apa pun pekerjaan, sisakan sedikit waktu untuk membaca buku dan melanjutkan tulisan Anda yang tertunda. Bagi penulis-penulis sukses hari ini, tidak heran lagi kalau buku-bukunya yang best seller itu dibeli produser untuk dibuat film atau siaran radio dan televisi. Kalau serius mau menjadi penulis rajin-rajin deh tambah jam terbang. Menulis, menulis, dan menulis. Jemput inspirasi tulisan dengan sedikit LEBIH PEKA terhadap lingkungan sekitar. Siapkan catatan, pulpen, atau kalo punya smartphone pastikan battery-nya selalu ON. Biar saat inspirasi menghampiri langsung kita tangkap untuk selanjutnya dieksekusi dalam bentuk tulisan yang menginspirasi. Just write! 

“Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya” 
[Stephen King]

   Salah satu kendala yang ada dalam diri untuk menjadi seorang penulis adalah Anda tidak mencintai yang anda lakukan. Asli. Nggak nyaman banget kalo kita pengen jadi penulis, tapi nggak suka menulis. Helloo...! gimana ceritanya bisa jadi penulis kalo sendirinya alergi bikin tulisan. Padahal dia kebelet pengen bisa buat tulisan yang baik benar. Sendirinya ngebet pengen punya karya tulis yang berhasil diterbitkan. 

So, langkah pertama untuk menjadi penulis sejati adalah love what you do and do what you love dalam menulis. Lantaran, kalo sudah dan having fun, kita bisa mengerjakannya tanpa kenal lelah dan lupa waktu. Enjoy aja. Mulai deh rutin menulis di media yang bisa kita akses. Mulai dari sekedar update status di sosial media, curhat dalam diari, ungkapan kekecewaan dalam surat pembaca, ekspresi impian dalam tulisan inspirasi, hingga artikel yang kaya akan data. Mulailah dari tulisan ringan. Latihlah otot tangan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas tulisan setiap waktu. Menulislah dengan senang dan bersemangat, gak pake berat hati dan ngedumel.

*****

Tulisan ditolak? Keep writing. Cayoo!!

Hari paling buruk bagi seorang penulis adalah ketika tulisannya ditolak redaktur. Penulis-penulis pemula yang tidak siap menerima penolakan itu, banyak yang memutuskan tidak lagi menulis. Alasannya tidak berbakat. Buktinya karyanya selalu ditolak.

Penulis seperti ini, mentalnya tidak siap tempur. Mudah menyerah. Cengeng. Padahal, banyak alasan bagi redakturmenolak tulisannya itu. Bisa saja, tulisan tersebut bagus tetapi terlalu panjang (over) halamannya sehingga tidak mencukupi ruang yang dimiliki media dimaksud.

Jadi, sebelum mengirim tulisan ke penerbit atau media massa, pelajari dulu syarat dan ketentuan pemuatan tulisan. Ikuti aturan itu. Jangan dilanggar. Bila sekali ditolak, besok kirim tulisan lainnya. Terus menerus. Hingga suatu hari nanti, tulisan Anda akan dimuat atau diterbitkan menjadi buku.

Keep writing. Tak ada pekerjaan yang sia-sia. Tulisan yang nggak dimuat di media massa bukan berarti tak punya nilai. Justru itu adalah masterpiece dari seorang penulis. Sebuah rekam jejak jalannya proses menjadi penulis bebas. Tetap tayangkan meski hanya di blog, forum, dan share di sosial media. Biar ada yang baca dan memupus kekecewaan karena mendapatkan penolakan. Dan jangan lupa, arsipkan setiap tulisan kita. Karena someday, boleh jadi kita akan me-remark tulisan-tulisan itu menjadi lebih bernas dan punya segudang nilai tambah.

Jangan enggan MEREVISI!

Jangan cepat puas dengan karya yang sudah jadi. Bacalah lagi berulang kali. Bila terdapat kejanggalan dan kekurangan di sana-sini, jangan sungkan melakukan revisi. Revisi itu sangat penting dan menggairahkan, kata seorang penulis Amerika. Seringkali, ketika melakukan revisi, kita menemukan sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya dan menambah kekuatan baru naskah yang ditulis itu. Mana tahu, setelah melakukan revisi itu, tulisan Anda benar-benar menjadi karya yang sangat hebat dan disukai pembaca.

Sekali lagi, menulis itu mudah. Semudah membalikkan telapak tangan. Jika kita komitmen membiasakan. Visualisasi jalan pikiran dalam bentuk tulisan. Tak mesti di dunia maya, yang penting bisa terlihat oleh mata. 

Karena kemampuan menulis adalah jam terbang, buatlah diri ini senang. Saat merangkai kata mengurai makna, beburu pahala yang Allah janjikan untuk kita.

Dari setiap tulisan yang menginspirasi pembaca, mengalir deras pahala dan keberkahan. Mulailah menulis dan menginspirasi dunia. Tidak harus langsung sempurna, karena istana yg megah tidak dibangun dalam satu malam.

Nikmati saja prosesnya, terima komentarnya, ambil pelajarannya, dan kembangkan tulisannya. Keep write to inspire..!


Dari @Klubbuku_bekasi dan beberapa info lainnya.